Pages

... Ibu tidak Punya Uang, Nak ...


Kalimat ini begitu sering terdengar oleh telinga kita, saat kita masih kecil dan sering merengek untuk dibelikan sesuatu oleh ibu.
Mungkin juga kita yang kini sudah menjadi orangtua sering menuturkannya, saat anak mengiba dengan wajah memelas dan tiada daya bagi kita untuk meluluskan keinginannya karena memang benar kita tidak punya duit.

Sebagai orangtua tentu...... kita ingin memberi. Memberi apa saja yang anak inginkan, apalagi bila kita tahu bahwa apa yang diinginkan adalah hal bermanfaat untuknya.

Kalimat itulah yang diucapkan oleh Kasinem, seorang ibu berusia lebih dari 40 tahun, kepada anaknya yang memilih kuliah di Universitas Indonesia, Depok.

Dalam keterbatasan penghasilan yang ia dapatkan, sebagai seorang cleaning service di sebuah rumah sakit Jakarta, ditambah hidup tanpa suami, itu semua tidak membuat Kasinem menjadi patah arang. Ia begitu yakin bahwa Allah Subhanahu Wata'ala menjamin kehidupan setiap hamba-Nya.

Buktinya kini ia masih dikaruniai seorang anak bernama Bagas yang cerdas dan lulus UMPTN pada dua universitas pilihannya. Yang pertama di STAN dan kedua pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Tentu Kasinem amat bersyukur mendengar kabar anaknya lulus ujian. Sebab keterbatasan penghasilan, ia membujuk Bagas agar mengambil kuliah di STAN, yang bebas biaya. Namun, Bagas malah tertarik pada bidang teknik, yang memang digemarinya. Maka, di malam itulah Kasinem dan putranya berdiskusi untuk menentukan pilihan.

"Kamu pilih kuliah di STAN saja ya Nak..." terdengar suara Kasinem membujuk. "Kuliah di sana gak pakai bayar, kamu kan tahu penghasilan ibu. Untuk kamu sekolah di SMU saja ibu sudah ngos-ngosan, apalagi kalau harus bayar uang kuliahmu..."kalimat demi kalimat meluncur dari mulut Kasinem seraya berharap putranya mau menuruti nasehat." Tapi aku tidak suka akunting, Bu! Aku lebih suka bidang teknik. STAN itu aku pilih sebab ibu menyuruhku memilihnya." jawab Bagas.
"Tapi Ibu tidak punya duit untuk membayarnya. Darimana kita bisa dapat uang kuliahmu?" sergah Kasinem sekali lagi.

"Kalau memang Ibu tidak sanggup, Bagas sudah besar. Bagas sanggup cari kerja untuk membiayai kuliah...!" ego anak beranjak dewasa muncul dari mulut Bagas. Ada keseriusan terpancar dari mimik wajahnya.

Hal ini tidak membuat Kasinem tersinggung, malah dalam hati ia akan memperkuat jalinan karang muda yang kini mulai berani menantang gelombang hidup. "Aku akan membantumu Nak, sekuat tenagaku!" batin Kasinem.

27 juta rupiah dana yang harus disiapkan untuk masuk fakultas teknik UI Depok. Jumlah yang terbilang besar bagi mereka itu harus terkumpul dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Segala ikhtiar lahir & batin telah mereka tempuh. Di malam hari, Tahajjud dan Munajat kepada Allah Dzat Yang Maha Mendengar, rutin mereka kerjakan. Semakin dekat hari pendaftaran kuliah dan pembayaran uang pangkal, hati mereka semakin berdebar. Membuat mereka semakin giat bermunajat.

“Dialah Allah SWT yang mampu mengabulkan setiap permintaan hamba-Nya....”
Kasinem amat mengerti itu! Lagipula ia sudah tidak punya lagi tempat bersandar. Ia pulangkan semua kegelisahan itu kepada Sang Khalik. Tak satupun malam yang ia lewatkan tanpa berdiri, rukuk, sujud dan mengadu kepada Tuhannya. Tak lupa ia selalu membangunkan Bagas anaknya untuk salat malam bersama.

Sungguh, doa pada sepertiga malam terakhir tidak akan tertolak.
Inilah do'a yang kerap mereka baca kepada Allah SWT di malam hari:
Yaa Hayyu Yaa Qayyum birahmatika nastaghits... Aslih sya'nana kullahu wa la takilna ila anfusina tharfata ainin.
"Wahai Dzat Yang Maha Hidup & Berdiri, dengan rahmat-Mu kami memohon pertolongan... Perbaikilah segala kondisi hidup kami. Jangan Engkau biarkan kami hanya bersandar pada diri sendiri meski hanya sekejap mata."

Hari pembayaran uang pangkal semakin dekat. Kebimbangan di hati mereka semakin menjadi. Hingga akhirnya datanglah seorang tetangga yang membutuhkan pertolongan Kasinem untuk mengerjakan sesuatu di rumahnya.

Saat Kasinem membantunya di rumah tetangga tersebut, maka sampailah pembicaraan mereka berdua tentang kelanjutan sekolah Bagas.
Tetangga ini tahu bahwa Bagas adalah anak yang baik, cerdas, shalih dan suka membuat orang lain jadi senang. Saat pertanyaan meluncur dari mulut tetangganya, tiba-tiba air mata Kasinem mengembang. Tak kuasa ia bercerita kepada tetangganya bahwa saat ini dirinya dalam kegamangan sebab kemungkinan tidak dapat membiayai Bagas untuk kuliah. Kasinem hanya bertutur tanpa sedikitpun berharap agar tetangganya itu mau membantunya.

Namun siapa yang pernah menyangka, bila Allah sudah berkenan memberikan pertolongan lalu membukakan hati seorang hamba-Nya yang lain untuk membantu saudaranya yang kesusahan.

Tiba-tiba tetangga itu memeluk Kasinem. Ia coba merasakan kesulitan yang tengah dihadapinya. Tetangga itu turut meneteskan air mata. Usai puas berpelukan, maka tetangga tersebut menyuruh Kasinem untuk menunggu sebentar.

Ia pun masuk ke dalam kamar. Tak lama ia keluar lagi sambil menjinjing sebuah amplop. Lalu amplop itu diserahkan kepada Kasinem seraya berujar, "Pakailah uang ini untuk kuliah Bagas. Ini adalah tabunganku, suamiku pun tak tahu. Pesanku..., tolong rahasiakan hal ini jangan sampai seorang pun tahu!"

Kasinem ingin sekali menolak bantuan itu sebab malu, namun ia tahu waktu hanya tersisa sedikit untuk mencari dana sebesar itu. Tiba-tiba ia merasa bahwa inilah ijabah do'a dari Allah SWT untuknya dan Bagas.

Sekali lagi Kasinem memeluk tetangganya dan ia pun tak henti-hentinya berucap terima kasih kepada tetangganya yang baik hati.

Hari pendaftaran telah tiba. Bagas anak cerdas & shalih itu, kini sudah dapat menimba ilmu di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Siapa yang mengira bahwa seorang anak cleaning service bisa kuliah dengan biaya semahal itu. Dialah Allah Yang telah menentukan. Saat Dia berfirman Kun fayakun...jadi, maka jadilah...! Subhanallah....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar